Sabtu, 23 Februari 2013

Penghapusan RSBI Pengaruhi Psikologi Siswa


Malang - Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) menghapus Rintisan Sekolah Berbasis Internasional (RSBI) dikhawatirkan akan menganggu psikologi siswa menjelang Ujian Nasional. Akibatnya bisa berdampak buruk pada proses belajar dan hasil Ujian Nasional.

"Psikologi siswa dan guru jelas terpengaruh," kata pengawas pendidikan Provinsi Jawa Timur, Hadi Wiyono, dalam rapat sinkronisasi peningkatan kwalitas pendidikan diMalang, Rabu, 20 Februari 2013.

Menurut Hadi, di Jawa Timur terdapat 190 sekolah bekas RSBI mulai jenjang SD sampai SMA dan SMK. Untuk mengembalikan semangat belajar para siswa, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan saat ini sedang menyusun formulasi menggantikan RSBI. Sekolah bekas RSBI akan menjadi sekolah model atau sekolah unggulan, atau bahkan menjadi sekolah percontohan.

"Tingkat kompetensi siswa lebih unggul dibanding sekolah reguler," ujar Hadi. Apalagi seluruh fasilitas belajar RSBI tetap difungsikan secara maksimal, seperti ruang kelas berpendingin udara dan pembelajaran berbasis teknologi informasi.

Apapun nama pengganti RSBI nantinya, kata Hadi pula, pihak sekolah dilarang memungut biaya pendidikan seperti saat berstatus RSBI. Namun, wali murid diberikan kesempatan untuk menyumbang biaya pendidikan tanpa ada paksaan, besar biaya maupun masa pembayaran sumbangan. Peran serta masyarakat, katanya, diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.

Kepala SMP Negeri 3, Burhanuddin, optimistis siswanya tidak akan terganggu atas perubahan status RSBI. Ia juga yakin perubahan status tak mempengaruhi nilai Ujian Nasional. Sebab sekolahnya telah menyiapkan diri mengikuti Ujian Nasional secara maksimal. "Proses belajar tetap seperti biasa. Pendidikan dijamin tetap berkwalitas," ucapnya.

Ihwal biaya pendidikan, kata Burhanuddin, ditanggung bersama antara Pemerintah pusat dan Pemerintah Kota Malang melalui Biaya Operisional Sekolah (BOS). Adapun peran serta wali murid ditentukan bersama antara wali murid dengan komite sekolah.

Jersey family 2013



Kurikulum Generasi Tukang


JAKARTA- Alih-alih menunjukkan kemajuan, perubahan kurikulum dinilai malah akan membawa kemunduran seperti kembali pada abad 17-18 yang kala itu tengah masuk masa industrialisasi. Pakar pendidikan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Daniel Mohammad Rosyid, mengatakan bahwa perubahan kurikulum ini justru hanya menghasilkan generasi tukang. 

Oleh karena itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) diminta untuk mempertimbangkan ulang penerapan kurikulum baru pada pertengahan Juli mendatang.

"Kalau Kurikulum 2013 ini berhasil, hanya akan menghasilkan tukang dan pekerja saja. Ini seperti kembali lagi pada abad 17-18. Ini paradigma pabrik," kata Daniel saat "Diskusi Publik Kurikulum 2013 Menjawab Tantangan Generasi Emas 2045" di Ruang KK II DPR RI, Jakarta, Senin (18/2/2013).

Ia juga menilai pendekatan dalam Kurikulum 2013 ini terlalu ilmiah karena lebih mengedepankan materi Matematika dan Sains. Padahal, lanjutnya, agar generasi muda dapat memiliki kompetensi seimbang, kurikulum membutuhkan banyak sentuhan artistik yang tidak hanya mengandalkan wawasan ilmiah.

"Pendekatannya sangat ilmiah, padahal yang kita butuhkan itu unsur artistik juga. Matematika dan Sains dikedepankan, tapi Seni Budaya selalu disisihkan," ujar Daniel.

"Jadi, sebaiknya kurikulum tidak terlalu ilmiah dan obyektif. Selama ini manusia hanya dijadikan obyek. Manusia itu subyek. Kalau begini, menurut saya, guru harus menolak," tandasnya.

Seperti diketahui, Kurikulum 2013 yang merupakan pengganti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini mengangkat metode tematik integratif dan mengarahkan anak untuk mampu mengobservasi tema bahasan tersebut dari berbagai segi mata pelajaran. Meski Seni Budaya masuk dalam pelajaran wajib, Sains tetap menjadi penggerak bagi semua.

Semeru Kritik Film 5 Cm

Malang - Ber-setting Gunung Semeru, film 5 Cm menuai kritik pengelola Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Kepala TNBTS Ayu Dewi Utari mengatakan, ada larangan yang dilanggar dalam syuting pembuatan film besutan Rizal Mantovani tersebut.

Menurut Ayu, dalam film itu digambarkan seolah-olah naik ke Semeru itu tak butuh persiapan yang matang, cukup modal nekat dan semangat. Ini terlihat dari tas ransel yang dibawa para pemain film, yang tidak tampak penuh oleh logistik yang dibutuhkan selama pendakian. "Padahal, untuk mendaki Semeru itu, rata-rata butuh waktu empat sampai lima hari dan tentu harus bawa bekal atau logistik yang sangat cukup," kata Ayu kepada Tempo, Rabu, 20 Februari 2013.

Lebih jauh, Ayu menilai ada larangan yang dilanggar dalam syuting tersebut. Sebenarnya, pendakian ke Semeru hanya dibatasi hingga Pos Kalimati, tidak sampai ke Puncak Mahameru. Alasannya, aktivitas vulkanik di kawah Jonggring Saloka sangat labil dan membahayakan nyawa. Pelarangan ini sesuai dengan rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. "Tim film 5 Cm menyelundup hingga ke atas. Gara-gara pembuatan film 5 Cm, sekarang kami minta kepada semua tim produksi apa pun untuk bersedia didampingi petugas kami," Ayu menjelaskan.

Kritik lainnya soal adegan pemain nyebur ke dalam Danau Ranukumbolo pada bagian akhir film. "Ini tidak mendidik penonton. Setiap pengunjung dilarang mandi dan berenang di Ranukumbolo agar air tidak tercemar," ujar Ayu.

Kekhawatiran Ayu ini memang beralasan. Sebab, akan semakin banyak orang awam yang meniru adegan ini. Sebelum film 5 Cm tayang saja, sudah banyak orang yang mandi di Ranukumbolo. Saat Tempo berkunjung ke Ranukumbolo pada akhir Juni 2012, terlihat banyak pengunjung yang mandi di sana, bahkan ada yang memakai sabun.