Jakarta -Bukan hanya orang asli Indonesia, sejumlah ekspatriat juga tergerak untuk melakukan hal ini. Salah satunya adalah Karin Franken. Perempuan berdarah Belanda ini mulai serius terjun menyelamatkan hewan ketika ikut orang tuanya bekerja di Jakarta sekitar 10 tahun lalu. Awalnya sendirian. Lalu bersama dua temannya, Natalie Sterwart dan Femke den Haas, Karin membentuk Jakarta Animal Aid Network (JAAN).
Sejak dibentuk pada 2008, JAAN telah menyelamatkan 432 anjing telantar. JAAN mempunyai shelter (penampungan) di Cijantung, Jakarta Timur. Dengan luas 3.000 meter persegi, ada 18 anjing yang ditampung. JAAN tetap menjaga jumlah anjing tetap proporsional dengan daya tampung. “Mereka tidak kami kandangkan agar bisa belajar dengan lingkungan,” kata Karin.
Salah satu yang diselamatkan Karin adalah Amore, anjing jenis rottweiler. Sudah hampir setahun Amore selalu menemani Karin di ruangan kerjanya di lantai dua kantor Animal Clinic, Kemang, Jakarta Selatan. Dengan usianya yang termasuk tua, 10 tahun, Amore memang kian terlihat renta. “Ini sudah oma-oma,” kata Karin sambil mencium Amore.
Sebenarnya, sebagai jenis rottweiler, Amore akan banyak dicari orang. Sayang, selain umurnya sudah tua, dia juga mengidap kanker serta tumor yang sudah menjalar ke seluruh tubuh. “Penyakitnya sudah tidak bisa dioperasi,” ujar Karin. Itu semua membuat tak ada yang mau mengadopsi Amore. “Akhirnya, pilihannya tinggal memberikan Amore kesempatan untuk menikmati hidup yang enak. Yang penting dia happy.”
Karin ingat perjumpaannya pertama kali dengan Amore. Saat itu anjing tersebut dibawa oleh seseorang ke klinik milik Karin. Nasib Amore sungguh mengenaskan, di sekujur tubuhnya penuh luka bekas pukulan. Ketika itu fisik Amore tidak menunjukkan bahwa ia seekor anjing rottweiler yang seharusnya gagah dan sangar. Amore saat itu kurus dan kumuh.
Entah bagaimana awalnya, Amore tak berumah dan tak bertuan. “Dia luntang-lantung di jalan,” kata Karin. Sejumlah remaja di Bintaro, Tangerang Selatan, mengejar dan melemparinya dengan batu serta tongkat. Beruntung, ada yang menyelamatkan Amore. Orang itu membuka pintu pagar rumahnya dan membiarkan Amore masuk ke dalam rumah.
Keesokan harinya, Amore dibawa ke Animal Clinic. Karin langsung memberi perawatan dan vaksin. “Wajahnya sayu, tidak semangat. Ketemu sama orang tidak semangat,” katanya. Namun, setelah melalui serangkaian perawatan di klinik, termasuk dimandikan dengan sampo dan diberi obat. Amore seperti menemukan kembali hidupnya. Dan dua minggu kemudian, dia menjadi ceria. Sejak itu, secara perlahan, Amore menjadi kian akrab dengan Karin.
Menurut Karin, JAAN tak hanya peduli pada anjing. Lembaganya punya program penyelamatan lumba-lumba, kukang atau kuskus, dan monyet yang dipekerjakan sebagai topeng monyet. JAAN setidaknya sudah menyelamatkan 38 monyet yang digunakan sebagai topeng monyet.
Seorang staf di JAAN, Gabriel Rinaldi, mengatakan, dalam penyelamatan topeng monyet, mereka bekerja sama dengan Satuan Polisi Pamong Praja. “Satpol PP bertugas menangkap orangnya, kami yang membawa monyetnya,” kata laki-laki yang akrab disapa Gaby ini.
Sejauh ini JAAN sudah melakukan operasi penyelamatan topeng monyet di empat lokasi: perempatan Ragunan, Pejaten Village, perempatan Lebak Bulus, dan perempatan dekat gedung FedEx, Pondok Pinang, Jakarta Selatan.
Kini, saban hari JAAN sibuk menerima banyak laporan, baik melalui telepon maupun e-mail. Ada yang melaporkan melihat anjing yang berkeliaran di jalan, ada juga yang ingin menghibahkan anjingnya karena sudah tidak ingin lagi memelihara. “Kami juga ingin melibatkan masyarakat untuk sama-sama ikut menyelamatkan hewan,” kata Karin.
Tidak semua penyelamatan hewan dilakukan oleh komunitas. Ada juga yang sendirian. Salah satunya Andrei, 44 tahun. Sejak pulang dari Jerman pada 2005, dia sudah tergerak untuk menyelamatkan anjing yang banyak ia temui di jalan. Sejak delapan tahun lalu itu, Andrei sudah mengadopsi 12 anjing dan 8 kucing. Dari pengalamannya mengadopsi anjing tersebut, banyak kisah yang ia jumpai. Suatu kali dia pernah melihat anjing jenis mini pincher diikat di pohon pada malam hari. “Tubuhnya penuh sundutan rokok.”
Lain waktu, Andrei juga pernah menemukan anjing cacat yang buta dibuang, dibiarkan di jalan. Dia juga pernah menemukan dua anjing kecil di tempat sampah. “Ya, sudah, langsung saya bawa pulang ke rumah,” katanya saat ditemui di rumahnya di kawasan perumahan Pantai Mutiara, Jakarta Utara. Langkah pertama yang ia lakukan adalah memberinya vaksin. Setelah itu, disterilisasi (dikebiri). “Itu penting supaya mereka tidak berkembang-biak.”
Sekarang Andrei ditemani Micky dan Bekel, dua anjing kecil hasil adopsi. “Pemilik sebelumnya sudah tidak bisa merawat. Ada yang karena harus kuliah, lalu memberikan ke saya,” katanya. “Saya, kalau keluar, yang dua ini ikut di dalam mobil."